
Aliran yang sangat deras ini melebihi daya tampung ruang
pikir kita. Begitu riuhnya informasi yang bisa kita baca, kita dengar dan kita
lihat lewat media internet. Teknologi komunikasi telah memungkinkan kita menjangkau informasi
dan informasi menjangkau kita dengan mudah.
Tanpa kita sadari, setiap detik, kita menerima ribuan
bahkan jutaan informasi yang bisa saja sebagian besar tidak berguna bagi kita.
Istilahnya sampah informasi. Tak jarang kita sebenarnya semakin tidak mengerti
dan semakin binggung dengan adanya informasi yang melimpah terus. Ini sudah
terasa sekali sebagai dampak negatif banjir informasi.
Sebenarnya fenomena banjir informasi ini sudah diramalkan
jauh hari. Dalam buku Future Shock (1970), Alvin Toffler memperkirakan fenomena
banjir informasi di masa depan sebagai information overloaded, informasi yang
amat berlimpah. Riset International Data Center (IDC) tahun 2011 menegaskan
ramalan Toffler. IDC menyebut volume informasi di jagad digital selama 2011
mencapai 1,8 triliun gigabyte, dan 70 persen informasi ini dihasilkan aktivitas
komunikasi manusia. Lembaga ini memprediksi volume ini akan melonjak dua kali
lipat per 18 bulan, seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di
mana setiap orang bisa mengakses dan berbagi informasi kapan saja.
Agar dampak negatif tersebut tidak terus berlanjut, ada
tindakan yang harus diambil. Salah satu yang cukup penting adalah dilakukannya
pendidikan bermedia di masyarakat. Masyarakat diberi bekal pengetahuan agar
mampu menyaring informasi apa yang diperlukannya dan informasi apa yang harus
dibendung. Misalnya dengan memberikan pendidikan penggunaan fasilitas wi-fi
pada masyarakat agar tidak disalah gunakan. Harus ada kesadaran dan pemahaman
yang cukup agar sampah informasi seperti ini tidak memenuhi ruang pikir kita.
Harus ditekankan pada masyarakat untuk mampu memilih
tontonan yang baik dan menghindari tontonan yang buruk. Bentuk kegiatannya
adalah pengaturan jadwal menonton. Namun model ini hanya cocok untuk masyarakat
yang punya kemampuan dan pendidikan terbatas.
Masyarakat harus dibekali kemampuan memilih dan memilih
konten media. Bentuk kegiatannya adalah mempelajari kerja media. Dengan
demikian khalayak mampu membuat keputusan sendiri dalam memilih media.
Kemampuan menganalisis dan mengkrisitisi media perlu
dikembangkan dalam masyarakat. Selain itu harus dibuat agar masyarakat mampu menginterpretasi konten media
berdasarkan latar belakang masing-masing. Baik secara sosial maupun kultural.
Hal lain yang mungkin
bisa dilakukan adalah dengan memunculkan aturan aturan atau regulasi dari
pemerintah untuk menangkal dampak negatif tersebut. Disamping itu juga bisa
dilakukan langkah langkah untuk menyiapkan sarana internet yang sudah bebas
dari muatan negatif.
No comments:
Post a Comment