Monday, May 11, 2015

Pendidikan Bermedia Masih Dibutuhkan Masyarakat


Delapan ratus ribu pencarian atau search terjadi setiap menitnya di Google. Di mesin pencari lain juga terjadi searching sebanyak itu. Belum lagi ada 695000 status baru di Facebook dan 98000 status twitter per menit. Arikel blog yang muncul di blog juga fantastis, ada 2000 artikel per-menit. Belum youtube yang meng-klaim 600 video diunggah. Itulah gambaran umum arus informasi yang terjadi di jagat maya atau internet.

Aliran yang sangat deras ini melebihi daya tampung ruang pikir kita. Begitu riuhnya informasi yang bisa kita baca, kita dengar dan kita lihat lewat media internet. Teknologi komunikasi  telah memungkinkan kita menjangkau informasi dan informasi menjangkau kita dengan mudah.

Tanpa kita sadari, setiap detik, kita menerima ribuan bahkan jutaan informasi yang bisa saja sebagian besar tidak berguna bagi kita. Istilahnya sampah informasi. Tak jarang kita sebenarnya semakin tidak mengerti dan semakin binggung dengan adanya informasi yang melimpah terus. Ini sudah terasa sekali sebagai dampak negatif banjir informasi.

Sebenarnya fenomena banjir informasi ini sudah diramalkan jauh hari. Dalam buku Future Shock (1970), Alvin Toffler memperkirakan fenomena banjir informasi di masa depan sebagai information overloaded, informasi yang amat berlimpah. Riset International Data Center (IDC) tahun 2011 menegaskan ramalan Toffler. IDC menyebut volume informasi di jagad digital selama 2011 mencapai 1,8 triliun gigabyte, dan 70 persen informasi ini dihasilkan aktivitas komunikasi manusia. Lembaga ini memprediksi volume ini akan melonjak dua kali lipat per 18 bulan, seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di mana setiap orang bisa mengakses dan berbagi informasi kapan saja.

Agar dampak negatif tersebut tidak terus berlanjut, ada tindakan yang harus diambil. Salah satu yang cukup penting adalah dilakukannya pendidikan bermedia di masyarakat. Masyarakat diberi bekal pengetahuan agar mampu menyaring informasi apa yang diperlukannya dan informasi apa yang harus dibendung. Misalnya dengan memberikan pendidikan penggunaan fasilitas wi-fi pada masyarakat agar tidak disalah gunakan. Harus ada kesadaran dan pemahaman yang cukup agar sampah informasi seperti ini tidak memenuhi ruang pikir kita.

Harus ditekankan pada masyarakat untuk mampu memilih tontonan yang baik dan menghindari tontonan yang buruk. Bentuk kegiatannya adalah pengaturan jadwal menonton. Namun model ini hanya cocok untuk masyarakat yang punya kemampuan dan pendidikan terbatas.

Masyarakat harus dibekali kemampuan memilih dan memilih konten media. Bentuk kegiatannya adalah mempelajari kerja media. Dengan demikian khalayak mampu membuat keputusan sendiri dalam memilih media.

Kemampuan menganalisis dan mengkrisitisi media perlu dikembangkan dalam masyarakat. Selain itu harus dibuat agar masyarakat  mampu menginterpretasi konten media berdasarkan latar belakang masing-masing. Baik secara sosial maupun kultural.

Hal lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan memunculkan aturan aturan atau regulasi dari pemerintah untuk menangkal dampak negatif tersebut. Disamping itu juga bisa dilakukan langkah langkah untuk menyiapkan sarana internet yang sudah bebas dari muatan negatif.

No comments:

Post a Comment